1)
Bentuk Huruf
Setiap
bentuk huruf dalam sebuah alphabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan
mata dapat membedakan antara huruf ‘m’, dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’.
Keunikan ini disebabkan oleh cara mata melihat korelasi antara komponen visual
yang satu dengan yang lain.
Salah satu hukum dari teori Gestalt
membuktikan bahwa untuk mengenal atau membaca sebuah gambar diperlukan adanya
kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatif yang disebut dengan ground.
Langkah
awal untuk mempelajari tipografi adalah mengenali atau memahami anatomi huruf.
Seperti halnya tubuh manusia, huruf memiliki berbagai organ yang berbeda.
Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf merupakan identifikasi visual yang
dapat membedakan antara huruf yang satu dengan yang lain. Apabila telah
memahami anatomi huruf secara baik, dengan mudah dapat mengenal sifat dan
karakteristik dari setiap jenis huruf.
Menurut
Danton Sihombing (2001), terminologi umum yang digunakan dalam penamaan setiap
komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf adalah :
- Capline : garis maya lurus horisontal
yang menjadi batas bagian teratas dari setiap huruf besar
- Meanline : garis maya lurus horisontal
yang menjadi batas bagian teratas dari badan setiap huruf kecil
- Baseline : garis maya lurus horisontal
yang menjadi batas bagian terbawah dari setiap huruf besar
- Descender : bagian dari huruf kecil yang
posisinya tepat berada di bawah baseline
- Ascender : bagian dari huruf kecil yang
posisinya tepat berada diantara meanline
dan capline
- X-Height : jarak ketinggian dari baseline ke meanline
Setiap individu huruf, angka, dan
tanda baca dalam tipografi disebut sebagai karakter. Setiap karakter apakah
huruf besar atau kecil memiliki batang (stem)
yang pada bagian ujung-ujungnya dapat ditemukan beberapa garis akhir sebagai
penutup yang disebut terminal.
Istilah lain yang berkaitan dengan
anatomi huruf adalah sebagai berikut :
Bowl, kurva parabola tertutup dan
terbuka yang menciptakan kesan ruang di dalamnya.
|
|
Counter,
bagian dalam dari 'Bowl'.
|
|
Leg, bagian bawah huruf yang
memiliki kesan "menopang" huruf tersebut. Misalkan bagian bawah
huruf "L" dan garis diagonal bawah pada huruf "K".
|
|
Shoulder, bentuk lengkung yang
biasanya merupakan pangkal sebuah leg.
|
|
Crossbar, merupakan bagian huruf yang menghubungkan antara
stem utama dengan stem lainnya pada sebuah huruf
|
|
Axis, merupakan garis tak nampak
yang membagi sebuah huruf sehingga bagian atas dan bawah akan membentuk
sebuah axis.
|
|
Ear, terletak pada bagian atas
kanan dari sebuah bowl umumnya ditemukan pada huruf "g",
|
|
Tail, biasanya merupakan bagian
yang berada di bawah garis decender. Secara umum ditemukan pada huruf
"Q" dan ""g, j, p, q, y", namun pada jenis huruf
dekoratif, biasanya muncul juga pada huruf "K", "R".
|
|
Aperture, biasanya berupa ruang
negatif atau jarak dari sisa stroke pada sebuah huruf. Sebagai contoh nampak
pada huruf 'n', 'C', 'S'; bagian bawah dari huruf 'e' dan bagian atas dari
huruf 'a'.
|
|
Link/Neck,
sebuah tarikan garis yang biasanya melengkung, yang berfungsi sebagai
penghubung antara 'bowl' dan 'loop/lobe' pada bagian bertingkat dari huruf
'g'.
|
|
Loop/Lobe,
biasanya terdapat pada bagian huruf 'g' yang ada dibawah garis
'baseline' yang terhubung kepada 'bowl'. Biasanya juga terdapat pada huruf
'p', 'b' dan 'l'.
|
Pada dasarnya setiap huruf terdiri
dari kombinasi berbagai guratan garis (strokes)
yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan guratan garis sekunder (secondary stroke).
Apabila
ditinjau dari sudut geometri, maka garis dasar yang mendominasi struktur huruf
dalam alphabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu :
|
E,F,H,I,L
|
|
A,K,M,N,V,W,X,Y,Z
|
|
B,D,G,J,P,R,U
|
|
C,O,Q,S
|
Huruf memiliki dua ruang
dasar bila ditinjau dalam hukum persepsi dari teori Gestalt, yaitu figure dan ground. Keberadaan ruang negatife dari seluruh huruf dapat dipecah
menjadi tiga kelompok, yaitu :
|
|
|
|
|
2)
Pengukuran dalam Tipografi
Susunan
huruf-huruf pada sebuah naskah, buku, majalah dan sebagainya memiliki suatu
disiplin dalam pengukuran dan proporsi. Hal tersebut mencakup :
a. Relative Measurement
ü
pengukuran
tinggi huruf
ü
panjang
baris huruf
b. Spacing Measurement
ü
jarak
antara huruf yang satu dengan yang lain (kerning)
ü
jarak
antar baris (leading)
ü
jarak
antar kata (word spacing/tracking)
Relative
Measurement
Tiga
dasar sistem pengukuran dalam tipografi adalah point (biasa disingkat dengan pt), pica (dibaca : paika), dan unit.
Point digunakan untuk mengukur tinggi
huruf, sedangkan pica digunakan untuk
mengukur panjang baris. Pengukuran dari lebar per satuan huruf serta jarak
antar huruf dihitung dengan satuan unit.
Perhitungan unit hanya digunakan dalam proses yang menggunakan teknologi phototypesetting dan digital composition teknologi yang
digunakan untuk pengetikan dan pencetakan huruf agar dapat mendapatkan hasil
cetak yang tajam dan presisi.
Ukuran
huruf umumnya berkisar antara 4 sampai dengan 72 point.
Di atas 12 point biasanya digunakan untuk display
atau judul, sedang di bawah ukuran itu digunakan untuk teks.
72 point = 6 pica = 1 inch
(1 inch = 2.539 cm)
12 point = 1 pica
Acuan
pengukuran tinggi sebuah huruf bukan dihitung dari tinggi huruf yang telah
tercetak namun dihitung dari kedalaman body
size.
Spacing Measurement
Istilah
spasi sering digunakan dalam pekerjaan pengetikan naskah yang berarti interval
antarelemen tipografi yang mencakup jarak antarhuruf (kerning), jarak antarkata (word spacing) dan jarak antarbaris (leading).
JARAK
ANTARKATA
Teknik
tradisional yang digunakan untuk pengukuran ruang jarak antarkata adalah
penyisipan potongan metal (quad) yang
diletakkan di antara huruf yang satu dengan yang lain. Sebuah quad berbentuk persegi empat yang
merupakan kotak sebesar ukuran huruf. Quad memiliki satuan yang disebut sebagai
em. Ukuran dari setengah em adalah en. Apabila huruf dengan ukuran 10 pt maka em-quad-nya berukuran 10 pt x 10 pt. Untuk memperjelas gambaran
tentang teknik tradisional ini, berikut adalah contoh penggunaan dengan satuan em dan en.
JARAK ANTARHURUF
Pengukuran
jarak antarhuruf (kerning) dalam phototypesetting
dan digital composition dihitung dengan system unit. Sistem ini tidak
memiliki acuan pengukuran yang tetap, dalam pengertian bahwa unit memiliki
nilai yang berbeda-beda tergantung kepada sistem yang digunakan. Em berupa kotak seukuran
besarnya huruf, kemudian bila kotak ini dibagi menjadi beberapa segmen yang
sama besar, maka setiap segmen ini disebut sebagai unit. Sebuah huruf ‘U’ dapat
memiliki lebar 12 unit, sementara huruf ‘t’ dapat memiliki lebar 6 unit.
JARAK ANTARBARIS
Pengukuran
jarak antarbaris (leading) dihitung
dengan menggunakan satuan point.
Teknik tradisional memakai lembaran metal yang disisipkan di antara baris.
Lembaran metal ini memiliki ketebalan yang beragam.
0 comments:
Post a Comment